Minggu, 11 Desember 2016

Pura agama hindu




PURA HINDU

1.      PURA RAMBUT SIWI


a.      Cerita tentang Pura Luhur Rambut Siwi yang Berawal dari Sehelai Rambut.
ASAL mula Pura Rambut Siwi tertuang dalam Dwijendra Tatwa. Menurut Mangku Gede Pura Luhur Rambut Siwi Ida Bagus Kade Ordo, pura ini tidak terlepas dari kedatangan Danghyang Dwijendra. Mengutip Dwijendra Tatwa, ia menceritakan setelah beberapa lama di Gelgel, Danghyang Dwijendra ingin menikmati Bali. Beliau pun berangkat ke arah barat sampai di daerah Jembrana berbelok ke selatan dan berbalik lagi ke timur menyusuri pantai. Saat menyusuri pantai tersebut, Beliau bertemu seorang tukang sapu di sebuah parahyangan. Tukang sapu tersebut sedang duduk di luar parahyangan. Ketika sang Pendeta lewat, dia pun menyapa sang Pendeta dan minta Pendeta tersebut jangan tergesa-gesa dan berhenti sebentar. Tukang sapu itu mengatakan, parahyangan merupakan tempat yang angker dan keramat. Barang siapa yang lewat dan tidak menyembah akan diterkam harimau. Untuk itulah, dia minta sang Pendeta sembahyang di parahyangan sembari menghambat perjalanan sang Pendeta. Danghyang Dwijendra pun menuruti keinginan si tukang sapu. Beliau lalu diantarkan masuk ke parahyangan.
Di depan sebuah bangunan pelinggih, Danghyang Dwijendra melakukan yoga, mengheningkan cipta menatap ujung hidung (Angghsana Cika) dan menunggalkan jiwatman-Nya kepada Ida Sang Hyang Widhi. Ketika Beliau sedang asyik melakukan yoga, tiba-tiba gedong pelinggih tempat menyembah itu roboh. Peristiwa itu dilihat oleh tukang sapu. Dia lalu menangis dan mohon ampun kepada sang Pendeta. Tukang sapu itu merasa bersalah karena memaksa sang Pendeta menyembah di Parahyangan. Tukang sapu juga mohon dengan hormat disertai belas kasih sang Pandita agar parahyangan diperbaiki lagi. Tukang sapu ingin perahyangan dikembalikan seperti semula supaya ada yang mereka junjung dan sembah setiap hari. Danghyang Dwijendra merasa kasihan juga karena melihat bangunan palinggih itu roboh ditambah lagi adanya tangisan tukang sapu. Beliau pun bersabda, akan memperbaiki bangunan itu dan membuatnya seperti sedia kala. Selanjutnya Danghyang Dwijendra melepaskan gelung hingga rambutnya terurai. Beliau mencabut sehelai rambutnya dan diberikan kepada tukang sapu. ''Danghyang Dwijendra berkata, rambut tersebut agar diletakkan di pelinggih yang ada di Parahyangan dan disiwi atau dijunjung atau disembahyangi agar semua mendapat selamat dan sejahtera. Tukang sapu menuruti apa yang disampaikan Danghyang Dwijendra dan dia juga menuruti semua nasihat Danghyang Dwijendra. Dari sinilah awal nama Pura Rambut Siwi,'' tutur Mangku Gede. Karena hari sudah hampir malam, Danghyang Dwijendra pun berniat bermalam di Pura Rambut Siwi. Ternyata orang-orang yang datang makin banyak. Mereka datang untuk memohon nasihat agama dan mohon obat. Beliau lalu menasihatkan ajaran-ajaran agama, terutama mengenai bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi dan Batara-batari leluhurnya agar hidup sejahtera di dunia. Beliau juga mengingatkan agar setiap hari Rabu Umanis Perangbakat mengadakan pujawali di Pura Rambut Siwi untuk keselamatan desa.

b.      LOKASI PURA RAMBUT SIWI
Pura Luhur Rambut Siwi terletak di Jalan Denpasar - Gilimanuk di Desa Yehembang, Kecamatan Mendoyo, Kabupaten Jembrana, Bali Indonesia, 18 KM timur Kota Negara dan sekitar 200 meter ke selatan dari Pura Penyawangan( Pura yang terletak di pinggir jalan utama Denpasar - Gilimanuk, dan selalu di singgahi banyak pengguna jalan yang memohon Yeh Tirtha (air suci) agar mendapatkan keselamatan dalam perjalanan mereka).

c.       PEMANGKU DI PURA RAMBUT SIWI
Pada saat pujawali, selain Mangku Lingsir Istri Dayu Ketut Alit, Mangku Gede Ida Bagus Kade Ordo dan Mangku Istri Ida Ayu Putu Nuadnya, banyak pemangku yang ngayah di pura. Pembagian pemangku yang ngayah sudah diatur oleh bendesa masing-masing. Namun untuk sehari-harinya, Mangku Gede dan Mangku Istri yang berada di Pura Luhur.

d.      PIODALAN DI PURA RAMBUT SIWI
Pura Luhur Rambut Siwi di datangi oleh sebagian besar umat Hindu yang ada di Bali saat odalan Pura yang jatuh setiap 210 hari pada Buda(rabu), umanis, wuku prangbakat. Odalan yang jatuh pada hari biasa akan dilakukan Odalan Tingkatan Madia(menengah). Tapi jika bertepatan pada saat bulan Purnama atau Tilem maka akan dilaksanakan Odalan Tingkatan Utama(odalan Nadi).

e.       BANGUNAN PURA DI PURA RAMBUT SIWI
Sampai saat ini pemedek yang tangkil ke Pura Rambut Siwi bukan hanya warga setempat saja. Banyak orang dari luar Jembrana datang ke pura untuk sembahyang dan mohon keselamatan serta kesejahteraan. Sekaa subak baik subak sawah maupun subak kering juga banyak yang melakukan persembahyangan di pura ini. Di sekitar Pura Luhur Rambut Siwi terdapat tujuh pura atau delapan termasuk Pura Luhur. Bagi umat yang pedek tangkil diharapkan mengikuti urutan tersebut. Pertama, persembahyangan dilakukan di Pura Pesanggrahan yang letaknya di pinggir jalan Denpasar-Gilimanuk. Selanjutnya persembahyangan dilanjutkan ke Pura Taman yang berada di sebelah timur jalan masuk ke lokasi Pura Rambut Siwi. Selesai di Pura Taman, pemedek menuju ke Pura Penataran. Lokasinya berada di timur Pura Luhur dan turun ke bawah. Selanjutnya persembahyangan dilanjutkan ke Pura Goa Tirta, Pura Melanting, Pura Gading Wani dan Pura Ratu Gede Dalem Ped. Setiap persembahyangan di Pura Ratu Gede Dalem Ped ini, pemedek mendapatkan gelang tridatu (hitam, merah, putih). Setelah itu, persembahyangan diakhiri di Pura Luhur Rambut Siwi
Menurut Ida Ayu Putu Nuadnya, mangku istri di Pura Luhur Rambut Siwi, dari semua pura tersebut, Pura Penataran dan Pura Luhur merupakan pura inti, sedangkan yang lainnya merupakan pesanakan. Di Pura Luhur terdapat 13 bangunan. Bangunan itu antara lain Padma, Pengayeng Gunung Agung, Meru Tiga linggih Ida Batara Sakti Wawu Rauh, Gedong, palinggih Ratu Nyoman Sakti, palinggih tumpang dua linggih Batari Dewa Ayu Ulun Danu, palinggih Rambut Sedana, Taksu, Pepelik, Piasan, Peselang, Bale Gong dan Gedong Pesimpenan Busana. Karena secara geografis Pura Luhur Rambut Siwi berada di wilayah Yeh Embang, Mendoyo maka pekandel pura pun berasal dari tiga desa yang sekitar pura yakni Desa Yeh Embang Kangin, Yeh Embang dan Yeh Embang Kauh. Dari tiga desa ini terdapat delapan bendesa. Saat ini ketua pekandel dipegang Gusti Made Sedana, Bendesa Yeh Embang Kauh. Sementara itu, Pengempon pura berasal dari Kecamatan Mendoyo dan Pekutatan. Ketua pengempon dipegang Dewa Made Beratha.










2.      PURA AGUNG BLAMBAMGAN


a.      SEJARAH PURA AGUNG BLAMBANGAN
Keberadaan Pura Agung Blambangan sendiri tidak lepas dari sejarah keberadaan kerajaan Blambangan yang pernah menganut Hindu. Menurut Pembina Yayasan Pura Agung Blambangan Untung Mardiyanto, sebelum adanya Pura Agung Blambangan pemeluk Hindu biasanya melakukan persembahyangan bersama di situs Umpak Songo setiap hari Kuningan. Menurut Untung pembangunan Pura Agung Blambangan sudah berlangsung sejak tahun 1975 secara bertahap menyusul adanya kebangkitan Hindu di daerah tersebut pada tahun 1968. Selama pembangunan telah ditemukan lima sumur di areal pura yang digunakan sebagai air suci atau tirta. Tempat berdirinya Pura Agung Blambangan ini sebagai tempat yang dirasa paling cocok setelah selama tiga tahun dilakukan pemilihan tempat untuk memfasilitasi umat yang biasa bersembahyang di Umpak Songo. Situs Umpak Songo sendiri dipercaya sebagai tempat dimana Kerajaan Blambangan dahulu berdiri. Bahkan pelinggih di Pura Agung Blambangan dibuat mirip dengan yang ada di Umpak Songo.

b.      LOKASI PURA AGUNG BLAMBANGAN
Pura Agung Blambangan berlokasi di desa Tembok Rejo, Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi Jawa Timur.

c.       PEMANGKU DI PURA AGUNG BLAMBANGAN
Persembahyangan di pura Agung Blambangan dipimpin oleh 21 mangku setempat. Salah satu pemangku yang memimpin pemujaan adalah I Gede Wayan Pasek Suarjaya, beliau juga merupakan pemangku di Beji Dalem Blambangan Karang Suwung.

d.      PIODALAN DI PURA DALEM BLAMBANGAN
Piodalan di Pura Blambangan dilaksanakan pada Kliwon wuku Dungulan tepatnya pada hari raya Galungan. Tetapi banyak agama hindu yang melakukan persembayangan pada hari raya Kuningan.

e.       BANGUNAN PURA DI PURA AGUNG BLAMBANGAN
Pura Agung Blambangan merupakan pura terbesar diantara 92 buah pura lainnya yang ada di banyuwangi dan telah diresmikan hari sabtu, tepatnya pada hari raya Kuningan, 28 juni 1980. Pelataran Pura Agung Blambangan mempunyai Luas 1.375 m2, dan itu pun tidak cukup menampung Umat Hindu di Banyuwangi ketika melakukan persembahyangan bersama. Padmasananya berketinggian 10,6 meter yang dikelilingi bangunan tembok sebelah Barat 37,6 meter, Utara 36,5 meter, Timur 37,6 meter dan Selatan 28 meter. Biaya pembangunan pura Agung Blambangan seluruhnya mencapai Rp 6.135.708,- yang sumber dananya berasal dari Departemen Agama Rp.750.000,-, pemerintah daerah kabupaten Banyuwangi Rp.650.000,- dan sisanya dari swadaya masyarakat disana disamping dari darmawan lainnya

3.      PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG


a.       SEJARAH PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG
Pura yang biasanya dijuluki Pura Kahyangan Jagat (tempat memuja Hyang Widhi Wasa) pada hari-hari tertentu ramai dikunjungi umat Hindu, terutama dari Bali. Maka jangan heran kalau melihat atribut khas Bali yang terdapat di sepanjang jalan menuju ke pura ini. Seperti untaian janur, sesajen, patung bersarung dan taburan bunga-bunga. Pura yang diresmikan oleh Gubernur Bali, Ida Bagus Oka pada tahun 1991, menyimpan kisah yang cukup menarik dibalik lokasi berdirinya pura tersebut, yaitu di lambung Gunung Sumeru. Dilatari oleh konsep kepercayaan yang sangat kuat dan saling terkait dengan sumber-sumber susastra-agama yang ada. Yaitu diceritakan, ketika tanah Jawa masih gonjang-ganjing (ketidak setabilan), Batara Guru memerintahkan para Dewa memenggal puncak Gunung Mahameru dari tanah Bharatawarsa (India) untuk di bawa ke Tanah Jawa. Dan perintah itu dilaksanakan oleh para Dewa, kemudian Puncak Gunung Mahameru pun dipenggal, diterbangkan ke tanah Jawa. Ketika puncak Mahameru tersebut diletakkan di tanah jawa bagian barat, bagian timur tanah jawa berjungkat, sedangkan bagian barat justru tenggelam. Akhirnya potongan puncak Gunung Mahameru itu oleh para dewa digotong lagi ke rah timur. Disepanjang perjalanan dari barat ke bagian timur tanah Jawa, bagian-bagian puncak Gunung Mahameru itu ada yang patah dan tercecer disepanjang perjalanan. Bagian-bagian yang patah  itu kelak tumbuh menjadi enam gunung kecil masing-masing Gunung Katong (Gunung Lawu, 3.265 m di atas permukaan laut), Gunung Wilis (2.169 m), Gunung Kampud (Gunung Kelud, 1.713 m), Gunung Kawi (2.631 m), Gunung Arjuna (3.339 m), Gunung Kemukus (3.156 m). Dan puncak Mahameru yang berhasil ditempatkan dibagian timur oleh para dewa tersebut kemudian dikenal dengan sebutan Gunung Sumeru (3.876 m). Inilah puncak tertinggi Pegunungan Tengger sekarang, bahkan menjadi gunung tertinggi seantero Indonesia, yang membentuk poros dengan Gunung Bromo atau Gunung Brahma. Sejak peristiwa itu tanah Jawa menjadi stabil, tidak terjadi lagi gonjang-ganjing. Di lambung Gunung Semeru itulah sejak tahun 1991 resmi berdiri megah Pura Mandara Giri Semeru Agung, sebagai puncak perjalanan spiritual masyarakat hindu Bali di Indonesia. Tentu saja panteon pemindahan Gunung Mahameru di tanah Hindu menjadi Gunung Semeru. Begitu nama otentik yang tersuratkan, namun orang-orang kini terbiasa menyebut Semeru. Di tanah Jawa (Nusantara) itu disuratkan jauh sebelum Pura Mandara Giri Semeru Agung dibangun. Kisah tua itu diceritakan dengan jelas dalam kitab Tantupanggelaran berbahasa Jawa Tengahan, digubah dalam bentuk prosa. Apa yang menarik dari kisah pemindahan gunung itu? Panteon itu jelas menunjukkan persebaran Hindu paham Siwaistis dari tanah India ke negeri Nusantara yang berpusat di tanah Jawa. Dalam pandangan Hindu Siwaistis yang berpengaruh besar di Nusantara, termasuk Bali hingga kini, Dewa tertinggi adalah Siwa. Dewa Siwa bersemayam di gunung tertinggi. Itu berarti di puncak Gunung Mahameru (Himalaya) dalam alam India, atau puncak Gunung Sumeru dalam alam Nusantara. Teks-teks Purana India yang tergolong kitab Upaweda (penjelasan lebih lanjut atas Weda) memang menyuratkan Tuhan Yang Mahatunggal bersemayam di puncak Mahameru, dikenal pula dengan nama Gunung Kailasa atau Gunung Himawan, yang bersalju abadi.  
b.      LOKASI PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG
Pura ini terletak di Desa Senduro,  Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Letak topografinya di kaki gunung Semeru yang berhawa sejuk dan diyakini dekat dengan nilai spiritual umat Hindu berkaitan dengan sejarah gunung Semeru.

c.       PEMANGKU DI PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG
Piodalan di pura Mandara Giri dipimpin oleh mangku mangku setempat. Salah satu pemangku piodalan sekaligus penerima Kitab Bagavadghita beserta sebuah genda dari Gubernur Bali Made Mangku Pastika adalah Romo  Mangku Misto.

d.      PIODALAN DI PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG
Piodalan dilaksakan bertepatan pada hari ulang tahun pura yang dilaksanakan pada tanggal 12 Juli.

e.       BANGUNAN PURA DI PURA MANDARA GIRI SEMERU AGUNG
Pura Mandaragiri Semeru Agung (PMSA) dibangun pada tahun 1991 di Desa Senduro Kabupaten Lumajang. Latar belakang pemilihan lokasi PMSA di kaki Gunung Semeru berkaitan dengan mite pemindahan puncak Gunung Mahamèru dari India ke Jawa dengan maksud agar Pulau Jawa tidak jungkat-jungkit, sebagaimana dikisahkan dalam naskah Tantu Panggêlaran. Dengan demikian Gunung Semeru dianggap suci oleh masyarakat Jawa sejak dahulu. Gaya, struktur dan komponen-komponen arsitekturnya mengikuti gaya arsitektur pura-pura di Bali, yaitu arsitektur trdisional Bali yang masih mengikuti gaya arsitektur zaman kerajaan Majapahit. Gaya arsitektur ini dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu dengan dasar-dasar filsafat dalam ajaran agama Hindu. Landasan filosofis arsitektur terteliti dipaparkan dengan latar belakang alam pikiran keagamaan pemangkunya, yaitu agama Hindu, yang visualisasinya tergambarkan pada tata ruang (tata letak), bentuk bangunan dan bahan bangunan yang digunakannya.

1 komentar:

  1. KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


    BalasHapus