Minggu, 11 Desember 2016

nitya dan naimitika yajna



NITYA YAJNA DAN NAIMITIKA YAJNA
Bhagavadgita 3.13


Rounded Rectangle: Yajna-sishtasinah santo mucyante sarva-kilbishaih bhunjate te tv agham papa ye pacanty atma-karanat
Terjemahan:
Para penyembah Tuhan dibebaskan dari segala jenis dosa, karena mereka makan makanan yang dipersembahkan terlebih dulu untuk yadnya/kurban suci. Orang lain yang menyiapkan makanan kenikmatan indria-indrianya pribadi hanya makan dosa saja. (Pendit, 2002: 91)
 










A.    Pengertian Nitya Yajna dan Naimitika Yajna
Nitya Karma atau Nitya Yajna adalah yajna yang dilakukan setiap hari, seperti Tri Sandya dan Yajna Sesa. Yajna Sesa dilaksanankan setiap kita selesai memasak nasi dan sebelum makan.
Naimitika Karma atau Naimitika Yajna adalah yajna yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, berdasarkan sasih atau pawukon. Naimitika Yajna yang lain berdasarkan adanya peristiwa yang dianggap perlu untuk diadakan pelaksanaan yajna, seperti puja wali, selesai pembangunan Candi, Galungan, Kuningan, Saraswati, Nyepi, dan Siwaratri.

B.     Jenis-Jenis Nitya Yajna
Yajna yang dilaksanakan setiap hari meliputi sebagai berikut:
1.      Surya Sewana,
yaitu pemujaan setiap hari kepada Dewa Surya, pemujaan ini dilakukan oleh seorang sulinggih untuk mendapatkan kerahayuan alam semesta.
Gambar sulinggih sedang melakukan surya sewana

2.      Ngejot ( Upacara Saiban ),
yaitu Yajna Sesa yang dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta manifestasinya, setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya adalah menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada-Nya.

Tempat- tempat melaksanakan persembahyangan yajna sesa adalah sebagai berikut:
a.       Di atas atap rumah, di atas tempat tidur (pelangkiran), persembahyangan ini ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam prabhawa beliau sebagai ether.
b.      Di tungku atau kompor, dipersembahkan kehadapan Dewa Brahma.
c.       Di tempat air, dipersembahkan kehadapan Dewa Wisnu.
d.      Di halaman rumah, dipersembahkan kepada Dewi Pertiwi.
e.       Di tempat beras.
f.       Di tempat sombah.
g.      Di tempat menumbuk beras.
h.      Di pintu keluar pekarangan (lebuh).
Gambar sarana persiapan untuk ngejot atau yajna sesa
3.      Melaksanakan Puja Tri Sandya (tiga hari sehari),
yaitu tiga kali menghubungkan diri (sembahyang) kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Puja Tri Sandya merupakan bentuk yajna yang dilaksanakan setiap hari, dengan kurun waktu pagi hari, siang hari, dan pada waktu senja hari untuk memohon anugerah-Nya.
Gambar umat Hindu dedang mealukan Puja Trisandya

4.      Jnana Yajna,
adalah persembahan dalam bentuk pengetahuan. Jnana Yajna merupakan bagian dari panca maha yajna. Persembahan ini ditujukan kehadapan para maha rsi yang menerima wahyu Veda dari tuhan dan beliau yang menyebarkan ajaran-ajaran-Nya kepada umat manusia.
Gambar penghormatan kepada Sai Baba sebagai guru sepiritual

C.    Jenis-Jenis  Naimitika Yajna
Yajna yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan tempat, waktu, dan keadaan” desa, kala dan patra”, yaitu sebagai berikut:
1.      Berdasarkan Perhitungan Sasih atau Bulan
Yajna yang dilaksanakan atau dipersembahkan berdasarkan perhitungan sasih atau bulan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya, antara lain purnama, tilem, siwaratri, nyepi atau tahun baru saka, hari raya Kasadha bagi umat Hindu yang ada di lereang Gunung Bromo.
Gambar prosesi hari raya Kasadha di lerengGunung Bromo (Jawa Timur)
2.      Berdasarkan Adanya Peristiwa atau Kejadian yang Dipandang Perlu untuk Melaksakan Yajna
Peristiwa atau kejadian dalam hal ini adalah suatu kejadian yang terjadi dengan keanehan-keanehan tertentu, sangat tidak diharapkan, lalu semua itu terjadi.bentuk-bentuk pelaksanaan yajna yang dipersembahkan antara lain ngulapin untuk orang jatuh, yajna rsi guna, yajna sudiwadani dan yang lain. Untuk upacara Hindu Kaharingan di Kalimantan Tengah ada ritual penting yang disebut dengan upacara Tiwah, yaitu ritual kematian tahap akhir dan upacara Basarah bertujuan untuk menghantarkan arwah ke surga.




Upacara Tiwah pada Hindu Kaharingan                   

3.      Berdasarkan Perhitungan Wara
Perpaduan antara tri wara dengan panca wara, seperti hari kajeng kliwon. Kemudian perpaduan antara sapta wara dengan panca wara, seperti buda wage, buda kliwon, dan anggara kasih. Klowon datangnya 5 hari sekali ketika beryoganya Sang Hyang Siva. Kajeng kliwon dilaksanakan setiap 15 hari sekali dengan memuja Hyang siwa, segehan dihaturkan kepada Hyang Durgha dewi. Di bawah pada sang hyang buchari, sang kala buchari dan sang durgha bucar.
4.      Berdasarkan Perhitungan Wuku
Pelaksanaan hari raya, seperti Galungan, Kuningan, Saraswati dan Pagerwesi.
Persembahyangan saat hari raya Galungan

D.    Yajna Berdasarkan Kuantitasnya
Dilihat dari kualitasnya, maka yajna dibedakan menjadi:
1.      Nista, artinya yajna tingkatan kecil, dibagi menjadi 3 ,yaitu :
a.       Nistaning nista adalah terkecil antara yang kecil.
b.      Madyaning nista adalah sedang antara yang kecil.
c.       Utamaning nista adalah terbesar antara yang kecil.
2.      Madya, artinya sedang, yang terdiri dari 3 tingkatan :
a.       Nistaning madya adalah terkecil antara yang sedang.
b.      Madyaning madya adalah sedang antara yang sedang.
c.       Utamaning madya adalah terbesar antara yang sedang.
3.      Utama, artinya besar, yang terdiri dari 3 tingkatan :
a.       Nistaning utama adalah terkecil antara yang besar.
b.      Madyaning utama adalah sedang antara yang besar.
c.       Utamaning utama adalah yang paling besar.

E.     Yajna Berdasarkan  Kualitasnya
Dalam Kitab Bagavadgita, XVII. 11, 12, 13 disebutkan ada tiga pembagian yajna yang dilihat dari kualitasnya, yaitu :
1.      Tamasika yajna adalah yajna yang dilaksanakan tanpa mengindahkan petunjuk-petunjuk sastra, mantra, kidung suci, daksina dan sradha.
2.      Rajasika yajna adalah yajna yang dilaksanakan dengan penuh harapan akan hasilnya dan bersifat pamer serta kemewahan.
3.      Satwiaka yajna adalah yajna yang dilaksanakan berdasarkan sradha, lascarya, sastra agama, daksina, mantra, gina annasewa, dan nasmita.
Rounded Rectangle: Abhisandhaya tu phalam dambhartham api cai vayat ijyate bharasretha tam yajnyan viddhi rajasam
Terjemahan:
Tetapi yang dipersembahkan dengan harapan pahala, dan semata mata untuk kemegahan semata, ketahuilah, wahai putra terbaik dari keturunan Bharata, itu adalah merupakan yadnya yang bersifat rajas
(Pendit, 2002: 410)


Kutipan Kitab Bhagavadgita XII.12






Kutipan Kitab Bhagavadgita XII.10


Rounded Rectangle: Yatayamam gatarasam puti puryussitan ca yat ucchistam api cha medhyam bhojanam tamasapriyam
Terjemahan:
Makanan yang using, hilang rasa, busuk, berbau, bekas sisa-sisa dan tidak bersih adalah makanan yang bersifat tamasa
(Pendit, 2002:408)
 








Kutipan Kitab Bhagavadgita XII. 11
Rounded Rectangle: Aphalakankshibhir yajno vidhidritoya ijyate, yashtavyam eve’ti manah, samadhaya sa sattvikah
Terjemahan:
Yajna menurut petunjuk kitab suci, dilakukan orang tanpa mengharapkan pahala, dan percaya sepenuhnya upacara ini, sebagai tugas kewajiban adalah tamasika.
(Pendit, 2002: 409)

 






F.     Syarat Yajna
Dari ketiga pelaksanaan yajna, dijelaskan ada tujuh syarat yang wajib dilaksanakan untuk mewujudkan sattwika yajna, yaitu :
1.      Sraddha, artinya melaksanakan yajna dengan penuh keyakinan.
2.      Lascarya, artinya yajna yang dilaksanakan dengan penuh keiklasan.
3.      Sastra, artinya melaksanakan yajna dengan berdasarkan sumber sastra, yaitu Sruti, Smerti, Sila, Acara, dan Atmanastuti.
4.      Daksina, artinya pelaksanaan yajna dengan sarana upacara (benda dan uang).
5.      Mantra dan gita, artinya yajna yang dilaksanakan dengan melantunkan lagu-lagu suci untuk pemujaan.
6.      Annasewa, artinya yajna yang dilaksanakan dengan persembahan jamuan makan kepada para tamu yang menghadiri upacara.
7.      Nasmita, artinya yajna yang dilaksanakan dengan tujuan bukan untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan.

Dari unsure sarana atau upakara juga telah dijelaskan dalam kitab Bhagavadgita, IX.26, sebagai berikut :


Rounded Rectangle: Pattram pushpam phalam toyam, yo me bhaktya prayacchati, tad aham bhaktyupahrtam asnami prayatatmanah
Terjemahan:
Siapa yang sujud kepada-Ku dengan persembahan setangkai daun, sekuntum bunga, sebiji buah-buahan atau seteguk air, Aku terima sebagai bhakti persembahan dari orang yang yang berhati suci (Pandit, 2002: 248).

 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar