NITYA YAJNA DAN NAIMITIKA YAJNA
Bhagavadgita
3.13
A.
Pengertian
Nitya Yajna dan Naimitika Yajna
Nitya Karma
atau Nitya Yajna adalah yajna yang dilakukan setiap hari,
seperti Tri Sandya dan Yajna Sesa. Yajna Sesa dilaksanankan setiap kita selesai memasak nasi dan
sebelum makan.
Naimitika Karma
atau Naimitika Yajna adalah yajna
yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu, berdasarkan sasih atau pawukon. Naimitika Yajna yang lain berdasarkan
adanya peristiwa yang dianggap perlu untuk diadakan pelaksanaan yajna, seperti puja wali, selesai pembangunan Candi, Galungan, Kuningan,
Saraswati, Nyepi, dan Siwaratri.
B.
Jenis-Jenis
Nitya Yajna
Yajna yang dilaksanakan
setiap hari meliputi sebagai berikut:
1. Surya Sewana,
yaitu pemujaan setiap hari kepada Dewa Surya,
pemujaan ini dilakukan oleh seorang sulinggih
untuk mendapatkan kerahayuan alam semesta.
Gambar sulinggih sedang melakukan surya sewana
2. Ngejot
( Upacara Saiban ),
yaitu Yajna
Sesa yang dipersembahkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa beserta
manifestasinya, setelah memasak atau sebelum menikmati makanan. Tujuannya
adalah menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada-Nya.
Tempat- tempat melaksanakan persembahyangan yajna
sesa adalah sebagai berikut:
a. Di
atas atap rumah, di atas tempat tidur (pelangkiran),
persembahyangan ini ditujukan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam
prabhawa beliau sebagai ether.
b. Di
tungku atau kompor, dipersembahkan kehadapan Dewa Brahma.
c. Di
tempat air, dipersembahkan kehadapan Dewa Wisnu.
d. Di
halaman rumah, dipersembahkan kepada Dewi Pertiwi.
e. Di
tempat beras.
f. Di
tempat sombah.
g. Di
tempat menumbuk beras.
h. Di
pintu keluar pekarangan (lebuh).
Gambar sarana persiapan untuk ngejot
atau yajna sesa
3. Melaksanakan
Puja Tri Sandya (tiga hari sehari),
yaitu tiga kali menghubungkan diri (sembahyang)
kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Puja Tri Sandya merupakan bentuk yajna yang dilaksanakan setiap hari,
dengan kurun waktu pagi hari, siang hari, dan pada waktu senja hari untuk
memohon anugerah-Nya.
Gambar
umat Hindu dedang mealukan Puja Trisandya
4. Jnana Yajna,
adalah persembahan dalam bentuk pengetahuan. Jnana
Yajna merupakan bagian dari panca maha
yajna. Persembahan ini ditujukan kehadapan para maha rsi yang menerima
wahyu Veda dari tuhan dan beliau yang menyebarkan ajaran-ajaran-Nya kepada umat
manusia.
Gambar penghormatan kepada Sai Baba sebagai guru
sepiritual
C.
Jenis-Jenis Naimitika Yajna
Yajna
yang dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu berdasarkan tempat, waktu, dan
keadaan” desa, kala dan patra”, yaitu
sebagai berikut:
1.
Berdasarkan
Perhitungan Sasih atau Bulan
Yajna
yang dilaksanakan atau dipersembahkan berdasarkan perhitungan sasih atau bulan
kehadapan Tuhan Yang Maha Esa beserta manifestasinya, antara lain purnama, tilem, siwaratri, nyepi atau
tahun baru saka, hari raya Kasadha
bagi umat Hindu yang ada di lereang Gunung Bromo.
Gambar prosesi hari raya Kasadha di lerengGunung
Bromo (Jawa Timur)
2.
Berdasarkan
Adanya Peristiwa atau Kejadian yang Dipandang Perlu untuk Melaksakan Yajna
Peristiwa atau kejadian dalam hal ini adalah suatu
kejadian yang terjadi dengan keanehan-keanehan tertentu, sangat tidak
diharapkan, lalu semua itu terjadi.bentuk-bentuk pelaksanaan yajna yang
dipersembahkan antara lain ngulapin untuk orang jatuh, yajna rsi guna, yajna sudiwadani dan yang lain. Untuk upacara Hindu
Kaharingan di Kalimantan Tengah ada ritual penting yang disebut dengan upacara Tiwah, yaitu ritual kematian tahap akhir
dan upacara Basarah bertujuan untuk menghantarkan arwah ke surga.
Upacara Tiwah pada Hindu Kaharingan
3.
Berdasarkan
Perhitungan Wara
Perpaduan antara tri
wara dengan panca wara, seperti
hari kajeng kliwon. Kemudian perpaduan antara sapta wara dengan panca wara,
seperti buda wage, buda kliwon, dan anggara kasih. Klowon datangnya 5 hari
sekali ketika beryoganya Sang Hyang Siva. Kajeng kliwon dilaksanakan setiap 15
hari sekali dengan memuja Hyang siwa, segehan
dihaturkan kepada Hyang Durgha dewi.
Di bawah pada sang hyang buchari, sang
kala buchari dan sang durgha bucar.
4.
Berdasarkan
Perhitungan Wuku
Pelaksanaan hari raya,
seperti Galungan, Kuningan, Saraswati dan Pagerwesi.
Persembahyangan
saat hari raya Galungan
D.
Yajna
Berdasarkan Kuantitasnya
Dilihat
dari kualitasnya, maka yajna
dibedakan menjadi:
1.
Nista, artinya yajna tingkatan kecil, dibagi menjadi 3
,yaitu :
a. Nistaning nista
adalah terkecil antara yang kecil.
b. Madyaning nista
adalah sedang antara yang kecil.
c. Utamaning nista
adalah terbesar antara yang kecil.
2.
Madya, artinya
sedang, yang terdiri dari 3 tingkatan :
a. Nistaning madya
adalah terkecil antara yang sedang.
b. Madyaning madya
adalah sedang antara yang sedang.
c. Utamaning madya
adalah terbesar antara yang sedang.
3.
Utama, artinya
besar, yang terdiri dari 3 tingkatan :
a. Nistaning utama
adalah terkecil antara yang besar.
b. Madyaning utama
adalah sedang antara yang besar.
c. Utamaning utama
adalah yang paling besar.
E.
Yajna
Berdasarkan Kualitasnya
Dalam
Kitab Bagavadgita, XVII. 11, 12, 13 disebutkan ada tiga pembagian yajna yang dilihat dari kualitasnya,
yaitu :
1.
Tamasika yajna
adalah yajna yang dilaksanakan tanpa
mengindahkan petunjuk-petunjuk sastra,
mantra, kidung suci, daksina dan sradha.
2.
Rajasika yajna
adalah yajna yang dilaksanakan dengan
penuh harapan akan hasilnya dan bersifat pamer serta kemewahan.
3.
Satwiaka yajna
adalah yajna yang dilaksanakan
berdasarkan sradha, lascarya, sastra
agama, daksina, mantra, gina annasewa,
dan nasmita.
Kutipan Kitab Bhagavadgita XII.12
Kutipan Kitab Bhagavadgita
XII.10
Kutipan Kitab Bhagavadgita
XII. 11
F.
Syarat
Yajna
Dari ketiga pelaksanaan
yajna, dijelaskan ada tujuh syarat
yang wajib dilaksanakan untuk mewujudkan sattwika
yajna, yaitu :
1.
Sraddha,
artinya melaksanakan yajna dengan
penuh keyakinan.
2.
Lascarya,
artinya yajna yang dilaksanakan
dengan penuh keiklasan.
3.
Sastra,
artinya melaksanakan yajna dengan
berdasarkan sumber sastra, yaitu Sruti,
Smerti, Sila, Acara, dan Atmanastuti.
4.
Daksina,
artinya pelaksanaan yajna dengan sarana
upacara (benda dan uang).
5.
Mantra dan gita,
artinya yajna yang dilaksanakan
dengan melantunkan lagu-lagu suci untuk pemujaan.
6.
Annasewa,
artinya yajna yang dilaksanakan
dengan persembahan jamuan makan kepada para tamu yang menghadiri upacara.
7.
Nasmita,
artinya yajna yang dilaksanakan
dengan tujuan bukan untuk memamerkan kemewahan dan kekayaan.
Dari
unsure sarana atau upakara juga telah dijelaskan dalam kitab Bhagavadgita, IX.26, sebagai berikut :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar